Sultan Yogya Kukuhkan Gusti Pembayun sebagai Putri Mahkota

0
760

sri-sultan-hamengku-buwono-x_663_382Buanainformasi.com – Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, kembali mengeluarkan Sabda Raja pada Selasa, 5 Mei 2015, di Siti Hinggil (Balairung Utara, bagian dari kompleks Keraton).

Sultan yang mengenakan pakaian kebesaran Raja didampingi Gusti Kanjeng Ratu memasuki Siti Hinggil pada pukul 11.10 WIB. Pertemuan yang dihadiri para abdi dalem Keraton itu tertutup untuk media massa.

“Sultan mengeluarkan Sabda Raja, isinya hanya satu poin. Mengenai isinya saya tidak berhak untuk menyampaikan, nanti akan disampaikan Sultan setelah pertemuan dengan kerabat di Kraton Kilen,” kata KRT Yudhahadiningrat, Pengangeng Tepas Kraton Yogyakarta, usai acara saat dicegat di Gerbang Keben Kraton.

Menurut Gusti Yudhahadiningrat, yang hadir dalam acara itu adalah putri-putri Sultan, adik perempuan Sultan, Putra Mahkota Pura Pakualaman, dan para abdi dalem Kraton.

Raden Wedono Ngabdul Sadak, Takmir Masjid Penepen, menuturkan, bahwa Sultan mengeluarkan satu poin Sabda Raja yang isinya penobatan Gusti Pembayun sebagai Putri Mahkota. Gusti Pembayun diberi gelar Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi.

“Ngarso Dalem (Sultan) hanya menyampaikan satu poin saja dan hanya berlangsung selama dua menit. Setelah itu Ngarso Dalem langsung keluar ruangan Siti Hinggil,” kata Ngabdul Sadak.

Berdasarkan pantauan VIVA.co.id, para abdi dalem Keraton sudah memasuki Siti Hinggil sejak pukul 09.30 WIB. Panjagaan cukup ketat dilakukan aparat Kepolisian Sektor Kraton dibantu Kodim 0734 Kraton.

“Biasanya pintu masuk barat Kraton dibuka untuk wisatawan pukul 08.00 wib. Tapi sejak tadi pagi wisatawan tidak dibolehkan masuk,” kata Bambang, petugas Polsek Kraton.

Sebelumnya, pada Kamis, 30 April 2015, Sultan sudah mengeluarkan Sabda Raja yang berisi lima hal, sebagai berikut:

Pertama, penyebutan Buwono diganti menjadi Bawono.

Kedua, gelar Khalifatullah seperti yang tertulis lengkap dalam gelar Sultan dihilangkan. (Sebelumnya gelar lengkap Sultan adalah Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa Ing Ngayogyakarta Hadiningrat).

Ketiga, penyebutan kaping sedasa diganti kaping sepuluh. (Kaping sedasa atau kaping sepuluh sama-sama bermakna kesepuluh, tetapi kata sedasa dikategorikan sebagai krama inggil dalam hierarki bahasa Jawa, yang digunakan untuk sopan-santun).

Keempat, mengubah perjanjian pendiri Mataram, yakni Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan.

Kelima, menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun.

(sumber : Viva.co.id)