Pemanfaatan Pelepah Sawit Dapat Menekan Biaya Produksi Pakan Untuk Peternakan Sapi

0
392

Jakarta, Penacakrawala.com – Kelapa sawit tak hanya berguna bagian buahnya saja. Biasanya bagian buah kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak goreng hingga biodiesel. Kini limbahnya pun masih memiliki nilai guna. Salah satu kegunaan limbah sawit, terutama bagian pelepahnya, ialah sebagai pakan ternak sapi.

Pemanfaatan pelepah sawit ini bahkan dapat menekan biaya produksi pakan untuk peternakan sapi. Selain itu, sapi yang diberi pakai hasil fermentasi dari pelepah sawit dapat gemuk lebih cepat dan memiliki daging yang lebih halus serta tanpa lemak saat dimakan.

Hal itu dirasakan kelompok peternak sapi SSY Farm Sepupu Jaya Desa Harapan Jaya di Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Selain dapat menekan biaya pakan, menurut Ketua SSY Farm Sepupu Jaya, Sudi, ada juga timbal balik manfaat antara peternak sapi dan petani sawit.

“Merumput mungkin bisa 2-3 jam, itu paling dapat semobil untuk kapasitas 100 ekor, sekali ngasih habis. Besok sudah harus merumput lagi, merumput pagi sore sudah habis. Nah itu kelemahannya,” ujarnya kepada detikcom belum lama ini.

“Ada putaran (keuntungan antara petani dan peternak), ini kan tidak beli (pelepah sawit) kecuali bumbunya. Pelepah ini misalnya saya punya kebun ini tolong pelepahnya diambil, kita kan ngambilnya gratis, itu aja. Kita pakai di sini ya, bagi mereka limbah, bagi kita pangan. Sementara petani bisa dapat kotoran dari sapi kami sebagai pupuk,” imbuhnya.

Untuk penggemukan, sapi hanya membutuhkan 5% pakan limbah sawit. Ini lebih kecil dan efektif jika dibanding pakan rumput yang membutuhkan 10-15%.

“Kalau yang bagus itu (sebenarnya waktu fermentasinya) agak lama, tapi kita paling (cukup) 3 hari kita sudah siap. Karena memang pemberiannya 5%. Kalau rumput 10-15% persen, itu yang harus masuk. Belum lagi sisa sampahnya banyak, kalau ini tidak begitu banyak,” ujarnya.

“(Dengan pakan ini) setengah hari bisa menambah setengah kilo dan (pakannya) bisa disimpan hingga 4 bulan. Terus penggunaan pakan ini juga membuat dagingnya lebih halus,” imbuhnya.

Diungkapkannya, SSY Farm berdiri sejak lima tahun oleh sekelompok orang yang sama-sama memiliki hobi beternak sapi. Namun SSY Farm memiliki kendala saat pertama berdiri, yaitu akses air.

Untungnya, saat itu kelompok peternakan ini mendapat bantuan sumur bor dari PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA). Sebab pada sisi yang lain, PTBA juga membutuhkan pemasok sapi yang akan digunakan sebagai kurban untuk Hari Raya Idul Adha maupun Hari Raya Idul Fitri.

“PTBA mengetahui kesulitan yang ada di SSY Farm yaitu air, tahun berikutnya kami disarankan mengajukan untuk pengajuan sumur bor. Alhamdulillah diterima yang mana air bor itu tidak hanya digunakan untuk SSY Farm, tapi berguna untuk 35 KK, termasuk satu tempat ibadah non-muslim,” ujarnya.

Menurut Sudi, modal awal SSY Farm ialah 12 sapi untuk selanjutnya digemukkan dan dikembangbiakkan. Tahun pertama, SSY Farm sudah bisa menjual 36 ekor sapi. SSY Farm juga menjual sapi dengan bobot rata-rata 280 kg untuk sapi bali dan 450 kg untuk sapi non bali.

“Kemarin (ada sapi) sampai 700 kg. Kita kalau kelewat besar susah market kita. Kecuali tadi misalnya ngirim ke Sungai Hilir, ada perusahaan butuh yang harga Rp 35 juta,” ujarnya.

“Nah untuk masyarakat umum paling tinggi (di kisaran harga) Rp 25 juta yang berat di atas 400 kg. Kalau sapi Bali rata-rata yah sekitar 300-350 kg. Jadi paling rendah 280 kg,” jelasnya.

Meskipun pandemi, peningkatan penjualan itu terjadi di tahun 2021 ini. SSY Farm Sepupu Jaya menjual 128 ekor sapi pada Hari Raya Idul Adha kemarin dan 8 sapi saat Idul Fitri. Adapun 50% penjualan tersebut diserap oleh PTBA.

Namun, kata Sudi, dalam perjalanan kelompok peternak yang masuk Asosiasi Peternak Sapi Indonesia ini tidak lepas dari berbagai bantuan CSR dari PTBA. Mulai dari sumur bor saat awal berdiri, pembinaan, pembangunan lahan kandang sapi, hingga pembuatan rumah kompos.

Sebagai informasi, pemberian CSR dari PTBA kepada SSY Farm Sepupu Jaya ini merupakan bagian program mendukung circular economy dan ketahanan pangan di area ring 1 anggota holding anggota holding industri pertambangan Indonesia atau Mining Industry Indonesia (MIND ID) di Tanjung Enim.

Program pemberdayaan ini sejalan dengan noble purpose MIND ID, yaitu We explore natural resources for civlization, prosperity and a brighter future.

detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya.

Source : Detik.com
Editor : Adee