Kemajuan Teknologi Permudah Pengembangan Musik Tradisional Lampung

0
586

Bandar Lampung, buanainformasi.com – Guna mengajak para generasi millenial Lampung untuk bisa mengapresiasi musik Lampung dengan cara yang berbeda, yaitu mengkombinasikan musik etnik dengan musik modern.

Edelweiss Centre for Sustainable Development (ECSD), mengadakan acara diskusi Lampungnese Music in Motion Sabtu malam (24/4), di Cafe Sinia Coffe di Jl. Ratu Dipuncak.

I Gusti Nyoman Arsana dari Taman Budaya Provinsi Lampung yang juga selaku praktisi dalam acara diskusi Lampungnese Music in Motion mengatakan, jika ingin mengembangkan budaya Lampung, pelajari akarnya.

“Belajar budaya itu bisa dimulai dari kecil, bisa di lembaga-lembaga seperti taman budaya, jadi tidak ada alasan bagi generasi sekarang tidak mengenal budaya Lampung,” kata dia.

Ia menilai alat musik tradisional justru lebih mudah dipelajari pada saat ini ketimbang di zamannya. Menurutnya, generasi milenial sudah dimanjakan dengan kemajuan teknologi dan informasi.

“Dulu belajar musik tradisional memang susah, tapi sekarang banyak tempat menyediakan kursus (Musik tradisional) itu, bahkan sekarang anak-anak muda kita di sini banyak yang sudah menggandrungi dunia seniman,” ujarnya.

I Gusti Nyoman Arsana juga tak memungkiri, bahwa banyak para pekerja seni yang meskipun tampil di hotel-hotel mewah di Lampung bayarannya sangat kecil. Dalam kondisi yang demikian para seniman dihadapkan pada pilihan dilematis.

 

“Daripada menganggur, meskipun tidak sebanding bayarannya terpaksa tetap harus tampil. Apalagi, mereka yang telah dikontrak oleh hotel misalnya, kalau sehari tidak tampil bayarannya dipotong seratus ribu,” terangnya.

Pada kesempatan tersebut, Hari W Jayaningrat Kasi Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung mengungkapkan, bahwa Lampung memiliki potensi alat musik tradisional melimpah. Hanya saja, tinggal bagaimana melestarikan dan mengembangkannya dengan segudang kreativitas generasi muda.

“Banyak materi musik tradisional yang bisa kita gali, jadi sumber kreatif bagi generasi muda. Karena saat ini jauh lebih terbuka untuk mengaksesnya dibandingkan zaman dulu dibuatnya,”jelasnya.

Ia menambahkan, persoalan yang dihadapi para praktisi musik tradisional di Lampung tidak sebandingnya bayaran yang mereka dapat.

“Ya ini dikarenakan tidak adanya regulasi yang mengatur tentang ketetapan harga dalam sekali tampil, sehingga mereka dihargai sangat murah dan semau-mau pengguna,” tandasnya.

Sementara, Unang Mulkhan, Direktur Edelweiss Centre for Sustainable Development (ECSD), selaku penyelenggara menyatakan, bahwa tujuan kegiatan ini sebagai jembatan bagi generasi muda yang berlatarbelakang musik populer dengan musik tradisi.

“Kegiatan ini bertujuan sebagai jembatan guna mengkombinasikan musik etnik dengan musik modern,” pungkasnya.

Unang Mulkhan mengharapkan dengan kegiatan diskusi seperti ini para generasi muda mendapatkan akses untuk mengenal dan menggali musik tradisi Lampung. Dengan begitu musik tradisi Lampung tetap hidup dan bisa dinikmati generasi masa depan.(*)