Ini Pengakuan Perekrut Ratusan Jemaah ‘Umrah Gratis’

0
684

ningsih--perekrut-ratusan-peserta-wisata-religi-ala--umrah-gratis-_663_382Buanainformasi.com – Ratusan orang dikabarkan hilang tanpa kabar selama beberapa bulan kebelakang. Bermula dari warga Mesuji, Lampung yang pertama kali berteriak, kini terungkap lagi jika warga Goa, Sulawesi Selatan ternyata ikut jadi korban.

Lebih dari 350 orang tergoda janji program ‘Umrah Gratis’ yang berselubung wisata religi ini. Tercatat ada warga dari Mesuji dan Tulang Bawang Lampung, Temanggung, Palembang Sumatera Selatan hingga Makassar, kini terjebak dalam program yang menjanjikan sejumlah hadiah fantastis kepada para pengikutnya ini.

Belakangan juga terungkap, bila perekrutan ini sepertinya sudah dilakukan secara terorganisir. Ada organisasi yang bernama Gerakan Muda Perintis Kemerdekaan yang menjadi penaung dan kemudian menebarkan para perekrut untuk mencari mangsa baru sebagai pengikut program wisata religi ini.

“Total saya bawa 177 orang, mereka membayar Rp1,5 juta ke koordinator masing-masing. Sebanyak Rp500 ribu dibawa koordinator, Rp150 ribu saya serahkan untuk adminitrasi umroh gratis dan sisanya untuk kebutuhan transportasi, makan dan hotel sejak dari kediaman sampai di Surabaya dan Malang,” cerita Pangestuningsih atau Ningsih, yang namanya diketahui menjadi para perekrut ‘umrah gratis’ ini pada Kamis 19 Maret 2015.

Dari ceritanya, rombongan Ningsih, menurutnya adalah rombongan yang berbeda dengan rombongan Agus Santoso yang ada di Hotel Serayu. Rombongan Lampung, Makassar, Temanggung dan Palembang ini baru bertolak ke Surabaya pada 14 Februari 2015 dengan status ingin mengikuti umrah gratis.

Sedangkan rombongan Agus yang ada di Hotel Serayu menurut Ningsih adalah jamaah yang berstatus “karyawan” dengan membayar antara Rp2,2 juta hingga Rp3 juta, dengan iming-iming akan mendapat umroh gratis, rumah, mobil dan ATM berisi Rp60 juta.

“Saya tidak pernah menjanjikan uang, saya hanya menjanjikan umrah gratis, karena saya sendiri juga korban. Saya bayar umrah gratis pada kolega saya di GMPK saat di Jakarta. Saya percaya karena saya kenal baik dengan mereka. Yang saya ajak sebagian besar juga warga GMPK juga,” katanya.

Meskipun sejak 14 Februari, janji untuk berangkat unroh selalu mundur dan belum terealisasi hingga saat ini. Rombongan yang sempat menunggu lama di Surabaya harus ke Malang lantaran diminta untuk melakukan medical checkup untuk kebutuhan paspor.

Pada 22 Februari mereka pun berangkat ke Malang dan tinggal di Hotel Palem 1, Palem 2 dan Army. Karena kehabisan uang, kelompok Ningsih sempat ingin pindah ke Hotel Serayu, tempat Agus Santoso dan sekitar 380 jamaan lain tinggal sejak Oktober.

“Cuma kedatangan kami ditolak oleh warga yang saat itu sudah mulai resah dengan kehadiran kelompok Agus di Hotel Serayu,” kata Ningsih.

Puncaknya, ketika rombongan berkumpul di Hotel Antariksa Singosari sejak 1 Maret hingga 17 Maret 2015. Saat itu, rombongan Mesuji ikut di hotel tersebut sementara rombongan Tulangbawang memilih ikut dengan Ningsih ke Surabaya.

Rombongan Mesuji pun pulang ke Lampung setelah aparat Polsek Singosari membubarkan perkumpulan dan meminta mereka pulang ke kediaman masing-masing. Meskipun sekitar 260 anggota rombongan lain malah berpindah ke Kota Batu bersama Agus Santoso, tepatnya di Vila Kalendra, Songgoriti Kota Batu.

“Rombongan Tulangbawang ada beberapa yang pulang sendiri, tapi sekitar 15 orang sekarang ada di Surabaya, tinggal di rumah ‘karyawan’ Agus Santoso,” katanya.

Menurutnya, banyak korban tak mau pulang lantaran enggan menanggung malu dengan tetangga dan kerabat. Mereka memaksa untuk menagih janji umroh selama Agus Santoso masih menjanjikan umroh.

“Saya sudah sering meminta mereka pulang, tapi banyak yang sudah kepalang basah. Sudah pamit tapi tidak jadi umroh kan malu. Jadi mereka masih ngotot minta umroh,” katanya.

Selama tinggal di Surabaya, menurutnya masing-masing warga masih sering iuran ala kadarnya untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Ningsih dan suaminya pun mengaku akan terus mencari keberadaan Agus dan meminta pertanggungjawabannya.

“Saya bersama suami (Susanto) berencana melaporkan Agus Santoso ke Polda Jawa Timur jika janji pada 21 dan 22 Maret meleset lagi. Saya tunggu dulu janjinya, tanggal 21 dan 22 besok ini,” imbuh sembari menyebut bahwa akan ada penggantian uang transport senilai Rp12 juta per orang oleh Agus Santoso.

Ningsih menolak bila gerakan mereka disangkutpautkan dengan ISIS. Menurutnya, rombongan ini murni karena tertipu janji umroh gratis dan investasi bernilai miliaran rupiah dalam waktu dekat hanya dengan memberikan sejumlah uang.

“ Saya ini korban, kami semua korban penipuan umroh gratis. Tidak ada gerakan ISIS di sini. Ada jamaah nasrani yang dijanjikan ke vatikan gratis, atau Hindu dan Budha yang dijanjikan ke India. Hanya saya dapatnya Islam semua. Penyandang dananya, mertua Agus Santoso, pak Antony Salim alias Muhammad Edi, pengusaha asal Jakarta itu. PT nya bernama PT Citralia Carla Septiasari,” katanya. (sumber Viva.co.id)