BITV – Secara sosial dan ekonomi, kampung-kampung yang ada di pesisir pantai Bandarlampung merupakan fenomena yang menarik karena keberagaman corak sosial dan ekonominya. Secara sosial, kampung pesisir selalu dicirikan sebagai komunitas dengan tingkat kemiskinan yang majemuk. Informalitas dan cara rakyat bekerja dan menghayati kampungnya merupakan inti keberagaman kampung-kampung pesisir. Gotong royong, bersih-bersih pantai, bersih-bersih got, dan berbagai bentuk kebersamaan lain, hidup dan berkembang secara dinamik di kampung. Di kampung pesisir pula di temui berbagai bentuk kegiatan ekonomi yang beragam; nelayan, buruh, pedagang informal, tukang jahit, hingga ojek. Kampung-kampung di pesisir, dengan demikian, bukan hanya tempat ‘hunian’ semata, melainkan juga tempat inetarksi bagi kehidupan yang sesunguhnya.
Menyikapi fenomena di atas Heriyanto caleg DPRD Provinsi lampung, dapil kota Bandar lampung dari partai demokrat nomor urut 7, turun kelokasi di kampung-kampung Pesisir Teluk Lampung guna membangun komunikasi dan berinteraksi langsung serta berdialog menjaring aspirasi dengan perempuan-perempuan pesisir yang sehari-harinya bekerja untuk menunjang kebutuhan keluarga, Ada beberapa perempuan yang menyampaikan keluh kesah tentang persoalan kemiskinan yang menjadi topik harapan masyarakat kepadanya.
Keluhan perempuan pesisir
Ibu Sutinah, yang sehari-harinya bekerja sebagai pedagang sayur keliling dan upahan pembakar kemplang dan telah puluhan tahun menggeluti bidang ini mengungkapkan bahwa hasil yang diperolehnya hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja. Dia berharap ada pemimpin yang bisa membantu, agar dia bisa mandiri usaha dalam bidang yang ia geluti. Serupa dengan Ibu Afidah, mengambil upah jahit, di Kelurahan Sukaraja. Selain mengambil upah jasa Jahit, dia juga sebagai penjual rebon di Pasar Ikan Sukaraja.
Ibu Ella, awalnya adalah pengajar PAUD, karena lokasinya jauh maka memutuskan tidak mengajar PAUD lagi, saat ini Dia, dengan kemampuannya membuka Les membaca dan menulis di kediamannya. Dia berharap kepada pemerintah agar memperhatikan pengajar seperti dia.
Pada kesempatan itu Heriyanto mengatakan akan melakukan hal yang bisa dilakukannya secepat dan sesegera mungkin apabila ia duduk sebagai anggota DPRD Provinsi Lampung adalah dengan membuka Koperasi Rakyat, Koperasi inilah sebagai wadah bersama, sementara Program-Program apa saja ,yang dapat langsung bersentuhan dengan masyarakat di kampung-kampung pesisir teluk lampung harus ada proses panjang dan melihat dulu program-program yang sudah ada,Heriyanto berharap kepada Perempuan-Perempuan Pesisir Teluk Lampung jangan putus berkomunikasi , karena dari komunikasi inilah permasalahan bisa di atasi dengan cara bersama-sama.
Situasi pemukiman rakyat miskin di pesisir pantai Bandarlampung muncul karena mereka tidak bisa mengakses harga tanah di perkotaan dan biaya sewa lokasi perdagangan formal, Selain keterbatasan dana dan daya serap sektor permukiman formal dan sektor perdagangan formal, pertumbuhan pemukiman dan usaha juga dipicu oleh rumitnya birokrasi, sistem perpajakan, perizinan yang berbelit-belit, dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan bisnis secara legal, sehingga orang memilih tinggal di ruang informal dan memilih bekerja secara informal pula.
Kampung di pesisir sebagai satu bentuk permukiman informal, dan menjadi khas karena keragaman wujud fisiknya, tata letaknya, dan kondisi infrastrukturnya. Justru karena proses pertumbuhannya yang informal itu, tiap kampung di pesisir Bandarlampung mempunyai wujud yang berbeda dan khas. Tiapkampung menjadi satu ‘kolase’ artefak tersendiri yang merefleksikan dan mensiasati keterbatasan ruang yang ada. (buanainformasi.com)