Buanainformasi.com – Partai Amanat Nasional baru saja menggelar Rapat Kerja Nasional. Sejumlah kalangan menilai, acara ini berhasil menjadi magnet bertemunya Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Sejumlah pimpinan partai politik dari kedua koalisi datang di acara yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo ini. Tak hanya itu, mereka juga terlihat hangat dan mesra selama pembukaan Rakernas berlangsung.
Meski demikian, ada yang ganjil dalam hajatan partai besutan Amien Rais ini. Mantan Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa tak tampak hadir dalam acara yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta ini.
Muncul dugaan, ketidakhadiran mantan calon wakil presiden ini merupakan imbas dari perebutan kursi ketua umum PAN dalam kongres beberapa waktu lalu yang dimenangkan Zulkifli Hasan. Kubu Hatta diduga masih kecewa dengan kongres tersebut.
Namun, hal ini ditampik oleh Zulkifli. Ketua Umum PAN ini menyatakan, hubungan dia dengan koleganya di PAN itu tetap harmonis. Bahkan ia mengklaim, kedua kubu yang sempat “berseteru” dalam kongres kini sudah bersatu.
Selain membantah soal ketidakharmonisan antara dia dan Hatta, Zulkifli juga menjelaskan soal persiapan PAN dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Selain itu, ia juga menyampaikan target perolehan suara PAN dalam Pemilihan Umum.
Mantan menteri kehutanan ini juga menegaskan soal posisi PAN dalam konstelasi politik nasional. VIVA.co.id mewawancarai Zulkifli di tengah-tengah acara Rakernas.
Berikut, petikan wawancara yang dilakukan di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis 7 Mei 2015.
Usai kongres, apa saja yang sudah Anda lakukan?
Namanya kompetisi, tentu ada kalah menang. Tak bisa dihindari ada perasaan tidak enak, luka. Itu dulu yang harus disembuhkan. Silaturahmi bahwa kongres sudah selesai, harus kembali berteman, membesarkan partai. Saya silaturahmi ke teman-teman Pak Hatta, kami undang wilayah-wilayah bahwa kongres selesai.
Setelah itu?
Begitu suasana sudah bagus, menyusun pengurus. Tidak lagi dua kelompok, tetapi kader PAN. Mungkin beda dengan yang lain, ditinggal, atau pecat. Kami tidak, dari marah, setengah marah, jadi enggak marah lagi. Kecuali, yang tidak mau.
Hatta Rajasa mengambil alih kantor DPP PAN, tanggapan Anda?
Itu memang kantornya pinjaman. Bukan kantor PAN. Kami sudah pakai lima tahun.
Lalu?
Kami urunan, saweran. Mudah-mudahan, satu tahun kami punya kantor sendiri.
Apa program Anda?
Pertama, kami buat peraturan partai dalam Pilkada. Kami ingin bupati, kalau jadi jangan obral tambang. Jangan sampai bupati terpilih, mementingkan kelompoknya saja. Kedua, kami akan lari, Muswil, Musda. Kami siapkan di sini. Kami punya asas musyawarah mufakat, jangan berkelahi terus. Kalau berkelahi, pasti ada yang luka.
Selain itu?
Kami juga akan bangun tradisi baru, yakni kesetaraan. Ini Pak Suyoto (waketum) juga berhak menjadi capres, atau cawapres. Ketum harus menekan egonya. Seperti negara-negara Eropa, ketum hanya me-manage partai. (Sumber : Viva.co.id)